Kerusakan lingkungan dan pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan oleh manusia telah menjadi penyebab meningkatnya emisi Gas Rumah Kaca (GRK), sehingga semakin memperburuk dampak perubahan iklim yang dialami oleh manusia. Untuk beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim yang kini kerap terjadi, pada akhirnya, manusia juga lah yang harus mulai memanfaatkan lingkungan dengan optimal untuk memenuhi kebutuhan hidup, dan pada saat yang bersamaan, mencegah kerusakan lingkungan.
Berdiri di lahan seluas 4,5 hektare, Bumi Langit Institute – atau yang lebih dikenal dengan nama Bumi Langit – berada di bawah naungan yayasan wakaf yang didirikan oleh Bapak Iskandar Woworuntu dan terus dikembangkan sejak tahun 2006, pasca peristiwa gempa Yogyakarta. Terletak di kawasan perbukitan Desa Giriloyo, Kelurahan Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Bumi Langit menjadi tempat belajar bagi mereka yang tetarik pada pemanfaatan alam guna kelestarian lingkungan.
Permakultur: sebuah coping mechanism dalam menghadapi perubahan iklim

Bumi Langit membuka kesempatan belajar bagi masyarakat tentang hubungan timbal-balik antara kehidupan manusia dengan alam melalui kurikulum pokok, yaitu permakultur (permanent agriculture). Permakultur di Bumi Langit dimaknai sebagai pendekatan keilmuan berbasis etika dan moral tentang cara hidup kreatif dengan menggunakan konsep ekologi dan sistem pertanian berkelanjutan. Permakultur sendiri merupakan suatu bentuk penyikapan terhadap alam dengan mempertimbangkan seluruh aspek kehidupan dengan prinsip-prinsip:
- Menyayangi bumi, agar selalu terjaga dan dapat memberikan manfaat bagi manusia;
- Menyayangi manusia, agar seluruh manusia dapat memperoleh manfaat dari alam untuk kebutuhan hidup; dan
- Berbagi adil untuk masa depan, dengan mengembalikan kebaikan kepada alam dari hasil-hasil kegiatan manusia melalui suatu sistem terpadu, agar generasi berikutnya dapat menikmati manfaat dari alam yang serupa.
Kawasan permakultur yang dikelola oleh Bumi Langit memperlihatkan pusat sistem kehidupan yang saling terkait. Sebagian besar kebutuhan dasar komunitas yang tinggal dan belajar di dalam kawasan Bumi Langit berasal dari dalam kawasan yang sama. Area rumah tinggal[1] dikelilingi oleh area kebun sayur, buah, rempah-rempah serta area peternakan (ayam, bebek, dan domba). Selain itu, area kebun dikembangkan dengan sistem bertani tradisional. Kekuatan permakultur ada pada cara bercocok tanam aneka ragam tanaman di dalam satu bedeng[2], seperti tanaman pangan yang ditanam bersama dengan tanaman bunga sebagai pengalih hama. Area peternakan juga dikembangkan dengan desain fungsional yang memudahkan manusia untuk melakukan beberapa kegiatan sekaligus, seperti memberi pakan, mengawasi ternak, dan membersihkan kandang, tanpa mengurangi area hewan berinteraksi.
Bumi Langit mengembangkan area manajemen air dengan konsep regenerative landscape, yaitu desain lanskap yang berprinsip meningkatkan kualitas lahan pertanian dengan rehabilitasi dan revitalisasi seluruh ekosistem, termasuk air dan tanah. Konsep tersebut membuat cekungan alami untuk menampung air saat musim hujan, di beberapa titik tanah bertingkat. Cekungan tersebut sekaligus menampung lapisan tanah paling atas (top soil) yang ikut mengalir bersama air. Saat musim kemarau, top soil dipanen untuk digunakan sebagai media tanam yang subur. Penampungan air ini juga bermanfaat sebagai alternatif sumber air pada keadaan iklim yang tidak menentu, terutama saat kemarau panjang.
Kebutuhan pupuk kompos untuk tanaman juga dibuat mandiri dengan Metode Berkeley. Metode pengomposan ini memanfaatkan bahan-bahan organik yang tersedia, seperti jerami, sekam padi, dan sampah sayuran. Bahan-bahan tersebut selanjutnya ditumpuk berdasarkan urutan warna – dari bawah ke atas – cokelat, hijau, dan hitam[3]. Warna hitam diperoleh dari arang yang telah diinokulasi untuk meningkatkan kandungan mikroba dan berfungsi menambah unsur hara pada pupuk. Metode ini membutuhkan waktu yang cukup singkat, yaitu 18 hari, dengan waktu pembalikan tumpukan di 4-5 hari pertama dan selanjutnya setiap 2 hari.
Bumi Langit juga menciptakan area hutan fungsional yang dibuat di dalam kawasan permakultur dengan Metode Miyawaki. Metode ini menggabungkan empat level tanaman hutan yang dapat tumbuh secara alami, yaitu tanaman tinggi sebagai pohon utama, tanaman sedang, tanaman rendah/semak, dan tanaman penutup tanah. Area ini merupakan area paling gelap di kawasan dan berfungsi sebagai pengatur siklus iklim kawasan, serta sebagai habitat untuk makhluk hidup penunjang kegiatan permakultur.
Mengambil dari alam, mengembalikan ke alam

Konsep permakultur dikembangkan di Bumi Langit dengan ajaran agama Islam tentang kebaikan (thoyib) dan keilmuan. Komunitas di Bumi Langit percaya bahwa segala sesuatu yang datang dari alam harus dimanfaatkan, dikonsumsi, dan dikembalikan dengan cara yang baik. Maka dari itu, manusia perlu terus belajar dari berbagai ilmu tradisional dan modern untuk menciptakan lingkungan yang aman dan adil bagi semua makhluk.
Hasil-hasil dari kegiatan permakultur di Bumi Langit, mulai dari padi, sayur-sayuran, buah-buahan hingga hasil ternak menjadi sumber pangan yang baik untuk dikonsumsi, karena seluruh prosesnya ramah bagi lingkungan. Begitu pula dengan sampah atau limbah yang dihasilkan dari seluruh kegiatan dapat dimanfaatkan kembali agar tidak mencemari lingkungan. Sebagai contoh, di dalam kawasan Bumi Langit, dibangun tabung pengolahan (digester) kotoran padat hewan dan manusia menjadi sumber energi biogas. Hingga saat ini, biogas masih dimanfaatkan sebagai sumber energi pada kompor untuk kebutuhan memasak di area rumah tinggal.
Sisa lumpur padat yang berasal dari digester dapat digunakan untuk budidaya cacing sebagai pakan ternak. Sementara sisa-sisa limbah cair dari dapur, kamar mandi, dan kegiatan lainnya akan diproses melalui grey water system. Sistem ini bekerja dengan memfiltrasi air dan minyak pada limbah cair, sehingga dapat kembali dimanfaatkan menjadi sumber air untuk pengairan kebun dan kolam ikan. Keberhasilan grey water system dalam memproses limbah cair ditentukan dari indikator tanaman dan ikan yang dapat hidup dengan baik.
Proses-proses yang ramah lingkungan ini telah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di Bumi Langit. Cara hidup di Bumi Langit merupakan contoh pentingnya menciptakan keseimbangan alam dan manusia yang diterapkan di tingkat terkecil, seperti komunitas. Harapannya, praktik-praktik baik di Bumi Langit juga dapat diterapkan di semua tingkat sosial sebagai solusi berkelanjutan untuk meningkatkan ketahanan iklim masyarakat yang lebih luas.
[1] Area rumah tinggal ditempati oleh Keluarga Bapak Iskandar Woworuntu dan murid-murid yang mengambil program pembelajaran di kawasan Bumi Langit.
[2] Bedeng dalam istilah pertanian berupa tanah yang digemburkan, ditumpuk, dan dimampatkan, dengan ukuran yang dapat disesuaikan berdasarkan ketersediaan lahan dan kebutuhan untuk media tanam.
[3] Teknik menumpuk berdasarkan warna pada pengomposan Metode Berkeley dilakukan karena warna bahan organik mencerminkan kandungan karbon (C) dan nitrogen (N) dalam material, dengan tujuan untuk mempermudah pencampuran rasio C/N yang tepat.
Share: