Kesiapan Indonesia untuk Mengurangi dan Mengalihkan Subsidi bahan bakar fosil di Indonesia

Perubahan iklim merupakan fenomena yang telah dirasakan dampaknya oleh banyak orang, terlepas dari kondisi sosial-ekonomi mereka. Tentu saja, mereka yang rentan, mengalami dampak yang jauh lebih parah ketimbang yang tidak. Rentan dalam hal ini dapat berupa kondisi ekonomi, ketiadaan fasilitas yang memadai seperti fasilitas kesehatan, akses terhadap pangan, serta akses pada energi. Upaya-upaya global untuk menekan kenaikan temperatur rata-rata global agar tidak melebihi 1,5oC semakin banyak bermunculan, termasuk inisiatif-inisiatif global yang dihasilkan dari berbagai konferensi tingkat tinggi, seperti COP27 dan juga G20.

Sharm el-Sheikh Implementation Plan – yang merupakan hasil dari COP27 – dan Bali Leaders’ Declaration – yang merupakan hasil dari Konferensi Tingkat Tinggi G20 – memiliki beberapa kesamaan di dalam keputusannya. Salah satu kesamaan yang muncul pada hasil dari kedua konferensi tingkat tinggi ini adalah keinginan negara-negara yang berada di dalamnya untuk memastikan negara-negara di dunia meninggalkan subsidi bahan bakar fosil secara bertahap. Peralihan ini dapat memberikan dua makna: pertama adalah pengurangan subsidi ini akan diiringi dengan berkurangnya jumlah emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang dihasilkan dari pemrosesan bahan bakar fosil, baik untuk listrik, memasak, maupun berkendara; kedua adalah pada saat terjadi pengurangan subsidi, maka akan ada ruang fiskal yang sebelumnya dialokasikan untuk dana subsidi, namun kemudian besarannya berkurang. Ruang fiskal ini kemudian dapat digunakan untuk membiayai hal-hal lain yang mendukung aksi-aksi iklim di masing-masing negara, baik dalam bentuk penurunan emisi GRK, maupun dengan cara meningkatkan ketahanan iklim masyarakat, sesuai dengan kebutuhan dan prioritas dari negara-negara yang melakukannya.

Indonesia Research Institute for Decarbonization (IRID) melihat pentingnya untuk mengkaji peran  subsidi energi di Indonesia yang saat ini didominasi untuk bahan bakar fosil, terhadap aspek sosial dan ekonomi Indonesia, serta isu global seperti perubahan iklim. Guna menyusun kajian tersebut, IRID bersama dengan Germanwatch melaksanakan diskusi untuk melihat bagaimana kesiapan Indonesia terkait dengan pengalihan subsidi bahan bakar fosil, untuk mendukung upaya Indonesia dalam melakukan aksi-aksi iklim. Diskusi ini juga bertujuan untuk melihat bagaimana subsidi bahan bakar fosil dapat diupayakan agar tidak terjadi konsumsi bahan bakar fosil yang berlebih, namun pada saat yang bersamaan, dapat memastikan akses energi yang merata bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Download this Discussion Paper to learn more information.

Share: