Perubahan iklim yang saat ini terjadi mulai dirasakan dampaknya dan memengaruhi kehidupan seluruh makhluk hidup di dunia. Dampak-dampak tersebut cenderung muncul secara perlahan, bersifat irreversible, di mana intensitas dan frekuensinya menjadi semakin signifikan dari tahun ke tahun. Sixth Assessment Report (AR6) yang diluncurkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2023 lalu, menyatakan bahwa aktivitas manusia yang menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) telah menyebabkan kenaikan temperatur sebesar 1,1°C (IPCC, 2023). Bukti adanya perubahan ekstrem, seperti gelombang panas, curah hujan lebat, kekeringan, siklon tropis, pencairan gletser serta kenaikan muka air laut, dan kaitannya dengan emisi GRK yang dihasilkan oleh aktivitas manusia, semakin kuat sejak diluncurkannya Fifth Assessment Report (AR5). Adaptation Gap Report 2023 memperkirakan kerugian akibat dampak perubahan iklim berkisar USD 525 miliar dalam dua dekade terakhir. Kerugian ekonomi ini memangkas pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) rata-rata sebesar 1% setiap tahunnya di negara-negara yang paling rentan (UNEP, 2023).
Salah satu tujuan Persetujuan Paris sebagaimana yang tercantum di dalam Pasal 2.1(b) Persetujuan Paris adalah untuk meningkatkan kemampuan beradaptasi terhadap dampak yang merugikan dari perubahan iklim serta mendorong pembangunan rendah emisi GRK dan ketahanan iklim, tanpa mengancam produksi pangan. Dengan demikian, dalam konteks upaya global, mengatasi dampak perubahan iklim tidak hanya terkait dengan aksi mitigasi atau pengurangan emisi GRK saja, namun juga terkait aksi adaptasi dalam rangka meningkatkan ketahanan iklim.
Pasal 2.1(b) dari Persetujuan Paris
“Increasing the ability to adapt to the adverse impacts of climate change and foster climate resilience and low greenhouse gas emissions development, in a manner that does not threaten food production.”
