Negosiasi Pendanaan Iklim UNFCCC: Membedakan Mobilisasi USD 100 Miliar, LTF vs NCQG

Berbicara soal pendanaan iklim dalam konteks negosiasi di bawah United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), dapat dipastikan akan berkutat pada angka USD 100 miliar. Pada sudut-sudut lain, akan terdengar juga istilah yang disebut dengan new collective quantified goal atau NCQG. Namun, apa yang membedakan keduanya? Bagaimana hubungan antara keduanya? Semoga tulisan ini dapat memberikan pengetahuan mengenai mobilisasi pendanaan USD 100 miliar dan NCQG dalam konteks negosiasi iklim UNFCCC.

                                                                           Keuangan berkelanjutan. Sumber Foto: iStock

Mengenal Long-term Climate Finance (LTF)

Mobilisasi pendanaan USD 100 miliar sebenarnya merupakan sebuah komitmen yang muncul pada saat COP15 di Kopenhagen pada tahun 2009 yang lampau. Walau demikian, karena COP15 Kopenhagen memiliki banyak kontroversi, Copenhagen Accord – hasil dari COP15 di Kopenhagen – tidak mendapatkan dukungan dari Negara-negara Pihak pada saat itu.

COP16 selanjutnya di tahun 2010 yang berlangsung di Cancun akhirnya menuai hasil negosiasi yang dapat dikatakan sebagai tonggak pembahasan pendanaan iklim dalam konteks negosiasi UNFCCC. Hampir seluruh inisiatif krusial dari pendanaan iklim, lahir melalui COP16 Cancun, seperti pembentukan Standing Committee on Finance untuk membantu Conference of the Parties (COP), terkait dengan mekanisme pendanaan iklim dari Konvensi.

Kemudian keputusan untuk dibentuknya Green Climate Fund (GCF), yang saat ini masih merupakan institusi pendanaan iklim terbesar di dunia dengan komitmen pendanaan mencapai USD 10 miliar – terhitung sampai dengan tanggal 19 Agustus 2022 – pada periode replenishment pertamanya. Hal lain yang juga disepakati adalah upaya negara-negara maju untuk memobilisasi pendanaan iklim sebesar USD 100 miliar per tahun hingga tahun 2020, sebagaimana yang tercantum di dalam paragraf 98 dari Cancun Agreement. Untuk menelusuri pencapaiannya, maka dibentuklah program kerja yang disebut Long-term Climate Finance (LTF). Itu sebabnya, setiap tahun Conference of the Parties di bawah UNFCCC selalu memiliki agenda yang disebut sebagai Long-term Climate Finance, di mana kemajuan mobilisasi pendanaan USD 100 miliar terus dibahas.

Perkembangan LTF serta tindak lanjut paska COP27

Pada COP26, sebuah laporan yang disebut dengan Climate Finance Delivery Plan, dikeluarkan dan menyebutkan bahwa negara-negara maju tidak dapat memobilisasi pendanaan sebesar USD 100 miliar hingga tahun 2020. Namun, Climate Finance Delivery Plan juga menyatakan bahwa pencapaian target mobilisasi USD 100 miliar kemungkinan baru akan tercapai di tahun 2023 mendatang. Berdasarkan informasi ini, pembahasan terkait dengan mobilisasi pendanaan iklim sebesar USD 100 miliar, disepakati untuk dilanjutkan hingga tahun 2027 (paragraf 18 dari Decision 4/CP.26). Decision yang sama, pada paragraf 19 meminta SCF untuk menyusun laporan penelusuran terkait dengan pencapaian mobilisasi pendanaan iklim sebesar USD 100 miliar.

Laporan ini kemudian menjadi basis bagi proses pengambilan keputusan di antara Negara Pihak pada COP27 yang lalu, terkait dengan tindak lanjut yang diperlukan untuk memastikan pencapaian hasil mobilisasi pendanaan iklim USD 100 miliar. Negara-negara Pihak pada COP27 kemudian meminta SCF untuk menyusun laporan pencapaian ini setiap dua tahun, berikut temuan-temuan kunci terkait pencapaian mobilisasi USD 100 miliar tersebut, untuk dibahas pada COP 29 (November 2024), COP 31 (2026), dan COP 33 (2028).

                                                                                             Sumber Foto: iStock

Mengenal New Collective Quantified Goal (NCQG)

Apabila LTF dengan agenda mobilisasi pendanaan iklim hingga USD 100 miliar memiliki jangka waktu hingga 2020, maka, New Collective Quantified Goal (NCQG) merupakan kesepakatan Negara-negara Pihak, untuk memastikan keberlanjutan pendanaan iklim setelah tahun 2020.

Pada saat COP21 di Paris tahun 2015 yang lalu, menyadari bahwa mobilisasi pendanaan iklim dalam konteks USD 100 miliar kemungkinan tidak dapat tercapai di tahun 2020, maka, pada Decision 1/CP.21 paragraf 53, menyebutkan bahwa Negara-negara maju bermaksud untuk melanjutkan upaya-upaya mereka dalam melakukan mobilisasi pendanaan iklim sebesar USD 100 miliar, hingga 2025.

Namun, beberapa tahun sebelum tahun 2025, Conference of the Parties serving as the meeting of the Parties to the Paris Agreement (CMA), akan menentukan target kuantitatif yang baru dari pendanaan iklim yang akan dimobilisasi secara kolektif. Pastinya, besaran target kuantitatif tersebut akan lebih besar dari USD 100 miliar, dan menempatkan angka USD 100 miliar sebagai angka minimum (floor) yang harus tersedia sebagai pendanaan iklim. Berdasarkan paragraf 53 tersebut, maka agenda pembahasan new collective quantified goal (NCQG) kemudian muncul untuk dibahas di bawah CMA.

Perkembangan new collective quantified goal (NCQG)

Pada CMA3 – yang dilangsungkan bersamaan dengan COP26 – di Glasgow tahun 2021 yang lalu, Negara-negara Pihak memutuskan untuk memulai pembahasan terkait dengan new collective quantified goal (NCQG) sebagaimana yang tercantum di dalam Decision 9/CMA.3. Pada CMA3 tersebut, negara-negara Pihak juga memutuskan untuk membentuk sebuah program kerja ad hoc selama periode 2022-2024, dan akan difasilitasi oleh 2 (dua) orang co-chairs yang masing-masing berasal dari negara maju dan negara berkembang.

Selain itu, Negara-negara Pihak memutuskan untuk melakukan 4 (empat kali) Technical Expert Dialogue (TED) setiap tahunnya, sebagai bagian dari program kerja NCQG, dimana dua sesi TED akan dilangsungkan bersamaan dengan sesi Subsidiary Bodies (SBs) – yang umumnya dilakukan pada pertengahan tahun – dan bersamaan dengan dilangsungkannya CMA – yang umumnya dilakukan pada akhir tahun. Sedangkan dua sesi lainnya akan dilakukan di wilayah lain, dengan pandangan agar dapat memfasilitasi proses yang inklusif dengan partisipasi yang merata secara geografis.

Pada tahun pertama pelaksanaan TED, pembahasan masih berkisar pada pandangan dari para peserta TED mengenai tujuan yang ingin dicapai serta elemen yang harus tercakup di dalam NCQG. Beberapa hal yang muncul adalah kuantum (besaran) dari pendanaan iklim yang akan diusulkan sebagai target baru dari mobilisasi pendanaan, alokasi pendanaan; apakah tetap hanya berkisar pada mitigasi dan adaptasi, atau juga akan memperhitungkan pendanaan untuk loss and damage?

Masalah akses pada pendanaan yang tersedia, yang merupakan isu penting yang selalu diangkat oleh negara berkembang, bahkan sebelum isu NCQG mulai dibahas, juga muncul sebagai salah satu elemen penting. Demikian pula halnya dengan sumber pendanaan dari NCQG ini akan berasal dari mana; apakah aliran pendanaan seperti yang terdapat pada South-South Cooperation (SSC) juga diperhitungkan sebagai bagian dari NCQG, atau tetap akan terbatas pada aliran pendanaan dari negara maju saja?  

                                                         Deretan panel solar photovoltaic untuk energi bersih. Sumber Foto: iStock

Menindaklanjuti NCQG paska CMA4

Pastinya, proses pembahasan NCQG sedapat mungkin tidak menduplikasi apa yang telah dikerjakan dalam konteks LTF, dan sedapat mungkin dilakukan berdasarkan pembelajaran dari pelaksanaan LTF. Oleh karena itu, pembahasan NCQG seharusnya tidak lagi membicarakan USD 100 miliar sebagai target atau titik akhir seperti pada agenda LTF, melainkan USD 100 miliar seharusnya sebagai titik awal, nilai minimum, atau floor.

Sebagai hasil dari CMA4 di Sharm el-Sheikh lalu mengenai NCQG, TED diharapkan untuk terus dilangsungkan namun dengan lebih terstruktur sehingga dapat berjalan secara efektif. Oleh karena itu, co-chairs dari program kerja ad hoc untuk NCQG diharapkan dapat menyusun dan menerbitkan rencana kerjanya di tahun 2023 pada bulan Maret 2023 mendatang, termasuk tema yang direncanakan untuk dibahas pada setiap sesi TED di 2023.

Membedakan LTF dan NCQG

Melihat sejarah LTF dan NCQG, jelas sebenarnya kedua agenda ini sangat berbeda terutama dari prosesnya. Banyak yang berkata bahwa angka USD 100 miliar dalam konteks LTF adalah angka yang ‘jatuh dari langit’ tanpa basis apa pun. Hal ini yang ingin dihindari pada saat membahas NCQG. Oleh karena itu, peran dari TED sebenarnya sangat penting bagi Negara Pihak untuk mendapatkan informasi yang cukup terutama yang terkait dengan kebutuhan dan prioritas dari negara-negara berkembang baik dari sisi kuantitatif, maupun kualitatif. Informasi inilah yang kemudian akan digunakan sebagai basis pengambilan keputusan Negara Pihak, terkait dengan isu NCQG.

Hal lain yang juga membedakan adalah konteks dari mobilisasi USD 100 miliar di bawah LTF, serta mobilisasi terkait dengan NCQG. LTF merupakan program kerja yang dibentuk di bawah Konvensi, sehingga segala aturan main termasuk cakupan, seharusnya sesuai dengan konteks Konvensi. Sedangkan NCQG dibentuk di bawah Persetujuan Paris, sehingga segala aturan main harus merujuk pada Persetujuan Paris.

Berbeda dengan Konvensi, Persetujuan Paris menyatakan bahwa upaya-upaya iklim yang dilakukan secara global, utamanya dalam mencegah kenaikan temperatur rata-rata global agar tidak melebihi 2oC bahkan menekan hingga 1.5oC, harus dilakukan baik oleh negara maju maupun negara berkembang, sebagaimana yang tercantum di dalam Pasal 4 dari Persetujuan Paris. Walaupun dalam mobilisasi pendanaan iklim sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 9 Persetujuan Paris, negara maju tetap akan menunjukkan kepemimpinannya dalam mobilisasi pendanaan, namun bukan tidak mungkin di masa yang akan datang, negara-negara berkembang juga dapat berkontribusi dalam mobilisasi pendanaan untuk upaya iklim.

Walaupun memiliki konteks yang berbeda, pada akhirnya baik LTF maupun NCQG membicarakan mengenai kepastian ketersediaan pendanaan iklim, utamanya bagi negara berkembang. Kepastian inilah yang memampukan negara-negara berkembang untuk dapat mengambil peran signifikan dalam menjaga kenaikan temperatur rata-rata global untuk tidak melebihi 1.5oC, sesuai dengan yang diinginkan bersama pada tingkat global.

Bagikan :