Penulis: Henriette Imelda, Direktur Advokasi Kebijakan
Sebagai hasil pembahasan agenda New Collective Quantified Goal (NCQG) pada CMA3 di Glasgow tahun 2021 yang lalu (Decision 9/CMA.3), dibentuklah program kerja di bawah Conference of the Parties serving as the meeting of the Parties to the Paris Agreement (CMA). Program kerja ini memiliki rentang kerja mulai dari tahun 2022 hingga 2024 dan difasilitasi oleh dua orang co-chairs, yang terdiri dari perwakilan negara berkembang dan negara maju. Paragraf 3 dari Decision 9/CMA.3 menyatakan bahwa co-chairs akan dipilih setiap tahun pada sesi CMA3 (2021), CMA4 (November 2022), dan CMA5 (November 2023) oleh Presiden CMA melalui konsultasi dengan konstituen yang relevan.
Sumber Foto: iStock
Sebagai bagian dari program kerja tersebut, para Pihak memutuskan untuk melakukan 4 (empat) kali pertemuan Technical Expert Dialogue (TED) setiap tahunnya. Satu sesi TED akan dilakukan bersamaan dengan sesi Subsidiary Body for Implementation (SBI) dan Subsidiary Body for Scientific and Technological Advice (SBSTA) di pertengahan tahun, satu sesi TED akan dilakukan bersamaan dengan sesi COP/CMA/CMP, dan dua sesi TED lainnya akan dilakukan di tempat lain, untuk memastikan keikutsertaan pemangku kepentingan dapat merata secara geografis (Decision 9/CMA.3 paragraf 5).
CMA4 di Sharm el-Sheikh, Mesir, tahun 2022 lalu memutuskan bahwa sebelum berlangsungnya TED di tahun 2023, para Pihak serta organisasi pengamat diundang untuk memberi masukan terkait rencana kerja dari program kerja NCQG di tahun 2023. Selain itu, para Pihak dan organisasi pengamat juga diharapkan memberi masukan mengenai bagaimana masing-masing TED akan dilakukan, termasuk usulan topik pembahasan.
Itu sebabnya menjelang TED ke-5 (TED5) yang akan berlangsung pada tanggal 8-10 Maret 2023 mendatang di Vienna, Austria, beberapa Pihak kemudian mengajukan usulan terkait penyusunan rencana kerja tahun 2023 serta topik dan format pelaksanaan TED5. Co-chairs terpilih dari program kerja ad hoc NCQG di tahun 2023 – Fiona Gilbert dari Australia dan Zaheer Fakir dari Afrika Selatan – diharapkan dapat menyusun rencana kerja dari program kerja NCQG di akhir Maret 2023 ini, berdasarkan masukan yang diberikan oleh para Pihak dan juga organisasi pengamat. Hal ini sesuai dengan mandat para Pihak yang tercermin dalam Decision -/CMA.4 paragraf 11(a).
Pembahasan Dalam TED5
TED5 bertujuan mendiskusikan dan mengidentifikasi pilihan-pilihan terkait susunan (framing) dan struktur dari NCQG itu sendiri. Utamanya mengenai elemen-elemen yang terkait dengan temporal scope dan kerangka waktu dari goal tersebut, serta bagaimana penyusunan goal selaras dengan elemen-elemen kuantitatif dan kualitatif. Temporal scope yang dimaksud lebih melihat bagaimana caranya menentukan NCQG. Seperti, apakah NCQG akan berupa goal tahunan di tahun tertentu, misalnya tahun 2030; atau goal tahunan yang akan dicapai pada satu rentang periode, misalnya dari tahun 2025 sampai tahun 20xx? Atau mungkin, goal yang harus dicapai merupakan nilai kumulatif total dalam satu periode waktu tertentu. Bisa jadi, dalam pelaksanaan TED ke-5 mendatang, ada pilihan lain dalam menentukan NCQG.
Sumber Foto: iStock
Terkait struktur NCQG, co-chairs dari program kerja NCQG di tahun 2023 menyatakan, berdasarkan hasil rangkaian diskusi pada tahun 2022 yang lalu, terdapat tiga poin kunci yang dapat digunakan untuk menentukan pilihan terkait struktur NCQG sebagaimana yang disampaikan oleh berbagai Pihak.
Poin kunci pertama adalah struktur keseluruhan NCQG dapat ditentukan sebagai sebuah goal besar saja, mirip dengan bagaimana para Pihak menentukan besaran USD 100 Miliar. Atau, goal tersebut ditentukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang mendasarinya dan/atau rangkaian sub-goal, tujuan dan konteks yang dapat distrukturkan dengan berbagai cara.
Poin kunci kedua adalah fokus goal dan sub-goal dapat mencerminkan berbagai elemen. Selain dari temporal scope, elemen-elemen ini dapat bervariasi berdasarkan tematik (mitigasi, adaptasi, dan lainnya); sektor atau solusi teknologi (misalnya energi terbarukan atau teknologi early warning systems); fokus geografis (misalnya berdasarkan wilayah, Least Developed Countries (LDCs), Small Island Developing States (SIDS), dan lainnya); sumber pendanaan (seperti publik atau privat); saluran pendanaan (misalnya bilateral, multilateral, pendanaan iklim multilateral) dan penerima (pemerintah, komunitas, non-pemerintah); serta jenis instrumen (contohnya hibah, pinjaman lunak, dan instrumen lainnya).
Poin kunci yang ketiga adalah menjadikan goal ini sebagai indikator keberhasilan (sukses), seperti dalam nilai kuantitatif moneter (misalnya besaran USD yang disediakan); nilai kuantitatif lainnya (misalnya jumlah negara dengan early warning systems, kemajuan terkait dengan temperature goal, tujuan pengurangan emisi, dan lainnya); atau kerangka kualitatif seperti meningkatkan kapasitas beradaptasi.
Menentukan NCQG
Berikut merupakan beberapa contoh pilihan yang muncul untuk menentukan NCQG dengan mempertimbangkan elemen-elemen sebagaimana yang tercantum dalam 3 (tiga) poin kunci di atas. NCQG merupakan:
1. Goal untuk memobilisasi pendanaan secara kolektif sebesar USD X per tahun pada tahun 20XX untuk negara-negara berkembang;
2. Goal untuk memobilisasi pendanaan secara kolektif sebesar X% dari GNI (Gross National Income) dalam pendanaan iklim;
3. Goal untuk memobilisasi pendanaan secara kolektif sebesar USD X untuk negara berkembang dengan sub-goal mitigasi, adaptasi, dan loss and damage;
4. Goal untuk memobilisasi secara kolektif sebesar USD X yang berasal dari sumber pendanaan publik negara maju dan USD X dari sumber lainnya (misalnya sektor privat);
5. Goal untuk memobilisasi USD X dari sumber pendanaan publik, privat, domestik dan internasional;
6. Goal untuk mengalihkan aliran pendanaan sehingga selaras dengan Pasal 2.1(c) dari Persetujuan Paris;
7. Goal untuk mencapai net-zero/mencegah kenaikan temperatur global rata-rata agar tidak melebihi 1,5oC/pengurangan sejumlah X emisi gas rumah kaca;
8. Fokus sub-goal untuk menyediakan X% dari pendanaan untuk adaptasi;
9. Fokus sub-goal untuk menyediakan X% dari pendanaan adaptasi bagi kelompok rentan;
10. Fokus sub-goal untuk menyediakan USD X dalam bentuk hibah atau pinjaman lunak dari sumber pendanaan publik;
11. Fokus sub-goal untuk menyediakan X% dari pendanaan yang disediakan melalui pendanaan iklim multilateral;
12. Fokus sub-goal untuk meningkatkan kapasitas dalam implementasi aksi iklim.
Terkait dengan pilihan di atas, diharapkan pada TED5 mendatang, para peserta dapat memberikan pendapatnya terkait dengan pilihannya, serta basis pemilihan yang digunakan. Lalu, bagaimana pilihan tersebut dapat mempercepat implementasi aksi iklim, serta apa yang menjadi tantangan dalam implementasi pilihan tersebut.
Menurut kalian, bagaimana seharusnya goal pendanaan iklim dalam kerangka NCQG? Apakah pilihan kalian ada di antara pilihan 1-12 di atas, atau kalian memiliki pandangan lain?
Pertanyaan lain yang tak kalah penting adalah, menurut pendapat kalian, apakah kerja sama Selatan-Selatan, seharusnya diperhitungkan dalam mobilisasi pendanaan untuk mencapai goal yang baru? Bagaimana dengan Indonesia, perlukah Indonesia berkontribusi pada mobilisasi pendanaan iklim dalam konteks NCQG
Bagikan :