Dampak perubahan iklim semakin dirasakan dewasa ini di seluruh bagian dunia. Dampak-dampak tersebut cenderung muncul secara perlahan, bersifat irreversible, di mana intensitas dan frekuensinya menjadi semakin signifikan dari tahun ke tahun. Sixth Assessment Report yang diluncurkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2023 lalu, menyatakan bahwa aktivitas manusia yang menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) telah menyebabkan kenaikan temperatur sebesar 1,1°C (IPCC, 2023). Begitu pula pencairan gletser dan kenaikan permukaan air laut yang mencapai rekor tertinggi pada tahun 2022. Adaptation Gap Report 2023 memperkirakan kerugian akibat dampak perubahan iklim berkisar di angka USD 525 miliar dalam dua dekade terakhir. Kerugian ekonomi ini memangkas pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) rata-rata sebesar 1% setiap tahun di negara-negara yang paling rentan (UNEP, 2023).
Pembukaan Persetujuan Paris menyatakan bahwa ketahanan pangan menjadi tujuan yang fundamental dan prioritas dalam setiap upaya pengurangan dampak perubahan iklim global. Maka dari itu, kebutuhan adaptasi terhadap perubahan iklim menjadi sangat penting dan harus dilakukan di semua sektor vital, termasuk sektor pangan. Salah satu target yang disepakati COP 28 dalam agenda Global Goal on Adaptation (GGA) adalah terkait pencapaian produksi pangan bergizi dan pertanian berkelanjutan yang berketahanan iklim, termasuk distribusi dan akses yang adil pada tahun 2030. Hal ini tentu berimplikasi pada aksi-aksi negara dalam melakukan adaptasi perubahan iklim, utamanya di sektor pangan.
Laporan Global Food Security Index (GFSI) 2022 menyatakan bahwa Indonesia menempati urutan ke-63 dari 113 negara untuk GFSI secara keseluruhan, dan berada pada skor menengah (60,2) dalam skala 55-69,9 untuk food security environment dengan empat indikator penilaian yaitu affordability, availability, quality and safety, serta sustainability and adaptation (Economist Impact, 2022). Secara khusus, Indonesia berada pada skor lemah di dua indikator yaitu availability (50,9) serta sustainability and adaptation (46,3) dalam skala 40-54,9. Hal ini perlu menjadi perhatian serius berbagai pihak dalam menghadapi tantangan perubahan iklim pada sistem pangan Indonesia.
Bagikan :