Dampak Perubahan Iklim pada Kehilangan dan Kerusakan Keanekaragaman Hayati (Studi Kasus di Provinsi NTT)

Perubahan iklim kini bukan hanya menjadi topik pembicaraan bagi banyak orang, namun menjadi kenyataan yang dampaknya telah dirasakan di berbagai belahan dunia. Kenaikan temperatur yang signifikan serta meningkatnya frekuensi dan intensitas hujan, menjadi penanda bahwa iklim telah berubah. Pada titik tertentu, dampak ini masih dapat diatasi oleh manusia, namun, kini beberapa kejadian sudah tidak dapat lagi diatasi dampaknya oleh manusia dan berujung pada kehilangan dan kerusakan. Fenomena ini disebut sebagai kehilangan dan kerusakan akibat dampak perubahan iklim, atau loss and damage due to climate impacts. Sifat dari fenomena ini adalah irreversible atau tidak dapat kembali lagi ke posisi awal. Fenomena ini tidak hanya terjadi secara masif dan cepat pada satu waktu, namun ada juga yang berlangsung secara perlahan dan tanpa disadari. Fenomena kerusakan dan kehilangan secara perlahan tersebut – yang disebut sebagai slow onset event – kerap tidak dapat teridentifikasi.

Slow onset event ini dapat berdampak buruk pada kehidupan manusia dan keberadaan keanekaragaman hayati. Laporan Bank Dunia pada tahun 2021, terkait dengan profil risiko Indonesia terhadap dampak perubahan iklim, menyatakan bahwa salah satu model yang digunakan menunjukkan bahwa Indonesia dapat mengalami penurunan tangkapan ikan sekitar 13%-29% di perairan Indonesia pada tahun 2050. Hal lain yang disebutkan di dalam laporan tersebut adalah kondisi termal yang mungkin terjadi di permukaan laut, dapat menyebabkan 39% dari terumbu karang di perairan Indonesia mengalami stres di tahun 2016, meningkat dari angka 31% di tahun 2010. Pemutihan terumbu karang telah menyebabkan kehilangan pendapatan pada rumah tangga lokal yang penghidupannya berasal dari perikanan. Pemodelan jangka panjang juga menyatakan bahwa di tahun 2100, Indonesia dapat kehilangan sekitar 25%-82% terumbu karang, di mana mayoritas terumbu karang berbasis pariwisata akan hilang.

Perubahan iklim menjadi salah satu penyebab terjadinya kekeringan dan penggurunan di Timor Leste. Dampak dari kekeringan dan penggurunan ini adalah hilangnya keanekaragaman hayati, seperti Dioscorea esculenta L, Dioscorea hispida, dan Dioscorea alata L, yang merupakan jenis umbi-umbian. Timor Leste juga mengalami kehilangan spesies, seperti Pueraria Montana var. Lobata (IRID, 2022). Hal ini memberikan gambaran bahwa perubahan iklim bukan hanya dapat menyebabkan kehilangan dan kerusakan keanekaragaman hayati di perairan, namun juga di daratan.

Unduh Discussion Paper ini untuk mempelajari informasi lebih lanjut.

Bagikan :