Photo Credit: Maria Putri Adianti, Staf Komunikasi, dan Hardhana Dinaring, Staf Advokasi Kebijakan Junior
Program Desa Energi Berdikari (DEB) merupakan inisiatif Pertamina dalam menyediakan energi terbarukan bagi masyarakat pedesaan di Indonesia. Program ini bertujuan untuk menjadikan energi terbarukan sebagai solusi untuk menjawab tantangan terkait pemenuhan kebutuhan masyarakat akan energi bersih yang meningkat. Dalam implementasinya, Pertamina berkolaborasi dengan berbagai elemen masyarakat dalam mengembangkan energi terbarukan agar dapat membuka jalan bagi pembangunan ekonomi rendah emisi gas rumah kaca (GRK) dan pemberdayaan masyarakat menuju kemandirian berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) serta target Pemerintah untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060.
Desa Keliki, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Bali, merupakan salah satu desa yang menjadi proyek percontohan program Desa Energi Berdikari Pertamina berbasis energi baru terbarukan (EBT). Saat ini, Desa Keliki telah memiliki inisiatif untuk pengolahan sampah menjadi kompos, serta menggunakan solar panel untuk menyediakan listrik walaupun belum dapat memenuhi kebutuhan Desa Keliki secara menyeluruh.

Tentang Desa Keliki
Sesuai dengan wilayah administrasinya, Desa Keliki terbagi menjadi dua desa adat, tujuh banjar, dan tujuh subak. Penduduk Desa Keliki berjumlah sekitar 5.000 jiwa dan 75% di antaranya bekerja di sektor pertanian. Inisiasi pembangunan Desa Keliki menjadi desa berdikari dimulai saat pandemi COVID-19 di tahun 2020. Pada saat itu, kepala desa memulai dengan pemugaran taman makam agar menjadi lebih asri. Kemudian pada tahun 2021, Desa Keliki mengajukan status sebagai desa wisata dan berhasil memperoleh predikat tersebut pada tahun 2022.
Pengolahan Sampah Terpadu di Desa Keliki
Inisiatif pengolahan sampah terpadu, atau yang dikenal sebagai Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, Recycle (TPS3R), di Desa Energi Keliki dimulai pada tahun 2020, dengan dukungan Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina serta pendampingan dari Yayasan Bumi Sasmaya melalui program Merah Putih Hijau (MPH).
Pengolahan sampah di Desa Keliki telah dilakukan sejak tahun 2021 dengan dana dari pemerintah desa dan program pendampingan Merah Putih Hijau (MPH) dari Yayasan Bumi Sasmaya. Awalnya dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes),dan pemerintah desa memberikan sebuah aset berupa 1 unit truk sampah kepada BUMDes. Pada tahun yang sama, BUMDes Desa Keliki memperoleh pendanaan dari Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diakses melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) untuk membangun fasilitas TPS3R.

Hingga saat ini, Desa Keliki telah memiliki kader kebersihan sebanyak 21 orang sebagai ujung tombak dalam mengubah perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah, khususnya sampah rumah tangga. Perilaku yang diupayakan untuk berubah adalah masyarakat mampu untuk memilah sampah rumah tangga menjadi tiga jenis, yaitu organik, anorganik, dan residu.
Proses pengolahan sampah organik di TPS3R dimulai dengan pemisahan antara sampah yang dapat dijadikan kompos dan yang tidak dapat dijadikan kompos. Berikutnya, sampah yang dapat dijadikan kompos akan dicacah pada mesin pencacah untuk memulai proses pengomposan. Proses tersebut dilakukan dengan metode menumpuk sampah menjadi tiga lapisan ‘sandwich’: sampah kering, sampah basah, sampah kering. Setelah dua minggu, tumpukan sampah tersebut akan dibalik dan diulangi prosesnya hingga tiga bulan. Dalam proses ini, suhu menjadi variabel yang sangat penting. Suhu ideal untuk proses pengomposan harus berada di antara 40°C-70°C dengan pH normal sekitar 6-8. Jika suhu di bawah kisaran tersebut, maka sampah akan membusuk.

Pemanfaatan Tenaga Surya di Desa Keliki
Saat ini, Desa Keliki memiliki 8 titik energi terbarukan berupa solar PV dengan kapasitas 28 kWp, untuk menjangkau sekitar 1.200 kepala keluarga. Energi terbarukan tersebut digunakan untuk berbagai kebutuhan masyarakat desa, seperti mengoperasikan TPS3R, membangun Eco-Village, dan kegiatan pertanian khususnya untuk mengoperasikan pompa pengairan sawah. Pemanfaatan solar PV sebagai sumber energi di Desa Keliki dapat menyumbang pengurangan emisi GRK sebesar 37.750 kgCO2-ek per tahun.

Energi terbarukan di Desa Keliki juga telah membantu warga desa untuk mengairi sawah menggunakan air tanah. Terdapat 7 subak (sistem pengairan khas Bali) di Desa Keliki yang menggunakan energi terbarukan, antara lain: Subak Tain Kambing, Subak Uma Desa Sebali, Subak Uma Desa Keliki, Subak Jungut, Subak Umelikode, Subak Bangkiangsidem, dan Subak Lauh Batu.


Peran BUMDes di Desa Keliki
BUMDes memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengolahan sampah di Desa Keliki. Selain meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PAD), BUMDes juga bertujuan memberdayakan masyarakat lokal di Desa Keliki, misalnya melalui pendampingan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang menghasilkan produk bernilai ekonomi yang berasal dari daur ulang sampah. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa kerja sama antara pemerintah desa, BUMDes, dan masyarakat menjadi sangat esensial, baik untuk keberlanjutan program Desa Energi Berdikari, maupun program TPS3R di Desa Keliki.

Bagikan :